Seorang hacker yang dikenal dengan nama ShinyHunters mengklaim memiliki database yang berisi informasi pribadi dari lebih dari 1,3 miliar pengguna ponsel India. Database tersebut berukuran sekitar 1,8 terabyte dan dijual di pasar gelap online dengan harga $6.000.
.
.
Menurut laporan dari Hackread1, database tersebut mencakup data sensitif seperti nama lengkap, alamat email, nomor telepon, tanggal lahir, jenis kelamin, kode pos, foto profil, status pekerjaan, pendidikan, dan bahkan data biometrik seperti sidik jari dan iris. Hacker mengatakan bahwa data tersebut berasal dari beberapa sumber yang berbeda, termasuk operator seluler, perusahaan e-commerce, dan platform media sosial.
.
.
Ini bukan pertama kalinya ShinyHunters terlibat dalam kegiatan peretasan dan penjualan data. Hacker ini dikenal sebagai salah satu pelaku di balik serangan siber terhadap Tokopedia, toko online terbesar di Indonesia, yang mengakibatkan kebocoran data dari 15 juta pengguna pada Mei 2020. Selain itu, hacker ini juga menjual data dari 26 perusahaan lainnya, termasuk HomeChef, Minted, Chatbooks, Zoosk, dan Star Tribune.
.
.
Keamanan data menjadi isu yang semakin penting di era digital saat ini, terutama di negara-negara berkembang seperti India, yang memiliki populasi pengguna internet terbesar kedua di dunia. Banyak pengguna yang tidak menyadari risiko yang mereka hadapi ketika mereka memberikan data pribadi mereka kepada berbagai layanan online, tanpa memeriksa kebijakan privasi dan keamanan mereka. Data pribadi yang bocor dapat dimanfaatkan oleh penjahat siber untuk melakukan berbagai kejahatan, seperti pencurian identitas, penipuan, pemerasan, dan bahkan terorisme.
.
.
Oleh karena itu, penting bagi pengguna untuk melindungi data pribadi mereka dengan cara-cara berikut:
- Menggunakan kata sandi yang kuat dan berbeda untuk setiap akun online.
- Mengaktifkan verifikasi dua langkah atau otentikasi multifaktor jika tersedia.
- Menghindari mengklik tautan atau lampiran yang mencurigakan dalam email atau pesan.
- Memperbarui perangkat lunak dan aplikasi secara teratur untuk menambal celah keamanan.
- Menggunakan layanan VPN atau proxy untuk menyembunyikan alamat IP dan lokasi saat berselancar di internet.
- Menghapus atau membatasi data pribadi yang tidak perlu dari profil online.
- Menyadari hak dan kewajiban sebagai pengguna internet, dan melaporkan setiap pelanggaran keamanan data kepada otoritas yang berwenang.
.
Dengan cara ini, pengguna dapat mengurangi risiko menjadi korban kebocoran data dan menjaga privasi dan keamanan mereka di dunia maya.