Digital Forensik: Ilmu Menemukan Bukti dari Media Digital

By SumedangKab-CSIRT in Literasi Keamanan Informasi

Literasi Keamanan Informasi
Digital forensik adalah ilmu yang mempelajari data elektronik terkait ragam kegiatan kriminal yang dilakukan oleh seseorang. Data elektronik tersebut dapat berasal dari komputer, ponsel, server, jaringan, atau perangkat digital lainnya. Digital forensik bertujuan untuk mengawetkan, mengidentifikasi, mengekstrak, dan mendokumentasikan bukti digital yang dapat digunakan oleh pengadilan.
.
Sejarah Digital Forensik
.
Digital forensik pertama kali muncul pada tahun 1970-an, ketika seorang ahli komputer bernama James A. Reeds berhasil memecahkan kode yang digunakan oleh seorang pembunuh berantai yang dikenal sebagai Zodiac Killer. Reeds menggunakan teknik kriptografi untuk menganalisis surat-surat yang dikirim oleh Zodiac Killer ke media massa. Meskipun kode tersebut tidak membantu menangkap pelaku, Reeds dianggap sebagai salah satu pelopor digital forensik.
.
Pada tahun 1984, FBI mendirikan Computer Analysis and Response Team (CART), sebuah unit khusus yang bertugas untuk menyelidiki kasus-kasus yang melibatkan komputer dan teknologi informasi. CART menjadi salah satu unit digital forensik pertama di dunia, yang kemudian diikuti oleh lembaga penegak hukum lainnya, seperti Scotland Yard, Interpol, dan Europol.
.
Pada tahun 1990-an, digital forensik mulai berkembang seiring dengan perkembangan teknologi digital itu sendiri. Munculnya internet, media sosial, ponsel pintar, dan perangkat IoT (Internet of Things) membuka peluang baru bagi para pelaku kejahatan siber, sekaligus tantangan baru bagi para penyidik digital forensik. Beberapa kasus terkenal yang melibatkan digital forensik pada dekade ini antara lain adalah kasus Unabomber, kasus Oklahoma City Bombing, dan kasus Monica Lewinsky.
.
Pada abad ke-21, digital forensik menjadi salah satu bidang ilmu forensik yang paling penting dan diminati. Digital forensik tidak hanya digunakan untuk menangani kasus-kasus kejahatan siber, tetapi juga kasus-kasus lain yang melibatkan bukti digital, seperti terorisme, pembunuhan, penculikan, pemerasan, penipuan, dan sebagainya. Digital forensik juga menjadi salah satu mata kuliah yang ditawarkan oleh banyak perguruan tinggi dan universitas, baik secara online maupun offline.
.
Proses Digital Forensik
Digital forensik memiliki proses yang sistematis dan ketat agar bukti digital yang ditemukan dapat dihadirkan dan diterima di pengadilan. Proses digital forensik umumnya terdiri dari lima tahap utama, yaitu:
  • Identifikasi: Tahap ini meliputi pengenalan dan penentuan lokasi, sumber, dan jenis bukti digital yang relevan dengan kasus yang ditangani. Identifikasi juga melibatkan penilaian risiko dan prioritas dalam mengumpulkan bukti digital.
  • Pengumpulan: Tahap ini meliputi pengambilan bukti digital dari perangkat asalnya dengan cara yang aman dan sesuai dengan standar hukum. Pengumpulan juga melibatkan pembuatan salinan atau duplikat dari bukti digital yang disebut sebagai image forensik, yang akan digunakan untuk analisis lebih lanjut.
  • Analisis: Tahap ini meliputi pemeriksaan, pemulihan, dan pengolahan data dari image forensik untuk menghasilkan informasi yang berguna bagi penyelidikan. Analisis juga melibatkan penggunaan berbagai teknik dan tools forensik, seperti kriptografi, steganografi, reverse engineering, malware analysis, dan sebagainya.
  • Dokumentasi: Tahap ini meliputi pencatatan dan pendokumentasian semua temuan, prosedur, dan kesimpulan yang dihasilkan dari analisis. Dokumentasi juga melibatkan pembuatan laporan forensik yang rinci, lengkap, dan objektif, yang dapat dipahami oleh pihak-pihak yang terkait, seperti jaksa, hakim, pengacara, dan juri.
  • Pelaporan: Tahap ini meliputi penyajian dan penjelasan laporan forensik kepada pihak-pihak yang berwenang, seperti pengadilan, klien, atau atasan. Pelaporan juga melibatkan penyampaian bukti, fakta, opini, dan rekomendasi yang didukung oleh data dan analisis yang valid dan reliabel.
.
Jenis Digital Forensik
Digital forensik memiliki berbagai jenis atau cabang, tergantung pada media digital yang menjadi sumber bukti. Beberapa jenis digital forensik yang umum adalah:
  • Forensik komputer: Jenis digital forensik yang mempelajari data yang tersimpan di komputer, laptop, atau perangkat serupa. Forensik komputer dapat melibatkan sistem operasi, aplikasi, file, metadata, registry, log, dan sebagainya.
  • Forensik ponsel: Jenis digital forensik yang mempelajari data yang tersimpan di ponsel, tablet, atau perangkat serupa. Forensik ponsel dapat melibatkan sistem operasi, aplikasi, file, metadata, SMS, panggilan, kontak, lokasi, dan sebagainya.
  • Forensik jaringan: Jenis digital forensik yang mempelajari data yang berhubungan dengan jaringan komunikasi, seperti internet, intranet, atau LAN. Forensik jaringan dapat melibatkan protokol, paket, alamat IP, firewall, router, server, dan sebagainya.
  • Forensik cloud: Jenis digital forensik yang mempelajari data yang tersimpan di layanan cloud, seperti Google Drive, Dropbox, atau iCloud. Forensik cloud dapat melibatkan akun, autentikasi, enkripsi, sinkronisasi, log, dan sebagainya.
  • Forensik IoT: Jenis digital forensik yang mempelajari data yang tersimpan di perangkat IoT, seperti kamera, jam tangan pintar, speaker, atau sensor. Forensik IoT dapat melibatkan firmware, konfigurasi, komunikasi, data, dan sebagainya.
.
Contoh Digital Forensik
Digital forensik telah digunakan dalam berbagai kasus hukum yang melibatkan bukti digital. Beberapa contoh digital forensik yang terkenal adalah:
  • Kasus BTK Killer: Pada tahun 2005, seorang pembunuh berantai yang dikenal sebagai BTK Killer (Bind, Torture, Kill) berhasil ditangkap setelah 30 tahun menghilang. Penyidik menggunakan digital forensik untuk menganalisis disket yang dikirim oleh pelaku ke media massa, yang mengandung file Microsoft Word yang menyimpan metadata tentang identitas pelaku.
  • Kasus Boston Marathon Bombing: Pada tahun 2013, dua bom meledak di dekat garis finish maraton Boston, menewaskan tiga orang dan melukai ratusan lainnya. Penyidik menggunakan digital forensik untuk menganalisis rekaman video, foto, dan data ponsel dari ribuan saksi mata, yang membantu mengidentifikasi dua tersangka pelaku.
  • Kasus Ashley Madison: Pada tahun 2015, sebuah situs kencan online yang ditujukan untuk orang-orang yang ingin berselingkuh, Ashley Madison, diretas oleh sekelompok hacker yang menyebut diri mereka The Impact Team. Hacker tersebut membocorkan data pribadi dari lebih dari 30 juta pengguna situs tersebut, termasuk nama, alamat, email, dan preferensi seksual. Penyidik menggunakan digital forensik untuk menyelidiki sumber dan motif dari serangan siber tersebut.

Kesimpulan
Digital forensik adalah ilmu yang mempelajari data elektronik terkait ragam kegiatan kriminal yang dilakukan oleh seseorang. Digital forensik memiliki proses yang sistematis dan ketat agar bukti digital yang ditemukan dapat dihadirkan dan diterima di pengadilan. Digital forensik juga memiliki berbagai jenis atau cabang, tergantung pada media digital yang menjadi sumber bukti. Digital forensik telah digunakan dalam berbagai kasus hukum yang melibatkan bukti digital, baik untuk menangkap pelaku maupun membela korban. 












sumber : berbagai sumber
Back to Posts